Selalu ada Jalan
Umumnya, wisuda kelulusan menjadi dambaan setiap mahasiswa yang berhasil melalui rintangan tugas akhir kuliah dan segala kerumitan administrasinya. Wisuda di tengah pandemi membuat saya merasa biasa saja, namun alhamdulillah lega. Tepat pada 25 November 2020 akhirnya resmi lulus, meski ijazah belum ada di tangan. Wisuda tanpa orang tua, sedih? Mau bagaimana lagi.
Kondisi seperti ini dan kebetulan sekali bulan November adalah bulan perdana saya alih profesi menjadi seorang fresh graduate yang mencoba mencari pengalaman di dunia kerja. Setelah perjuangan kurang lebih 3 bulan apply puluhan lowongan kerja baik intansi swasta maupun pelat merah. Usaha tak pernah mengkhianati hasil, yakinlah. Tepat di hari wisuda, untungnya saya boleh izin dari kantor untuk sekedar merayakan moment pemindahan tali toga oleh saya sendiri. Wisuda virtual ke dua di tahun 2020. Di rumah sana, Bapak juga turut berpartisipasi menyimak prosesi wisuda virtual melalui kanal youtube kampus.
Hujan menemani kesendirian saya di kamar kostan. Tanpa seorang teman. Rasanya menyedihkan. Menjelang zuhur satu per satu teman datang, tak ada kata terlambat, selama kado mendarat dengan selamat. Untunglah mereka pengertian. Lagi lagi ada kejutan menjelang maghrib, adik angkatan datang bergerombol seperti mau demo. Ucapan selamat, jepretan dan haha hihi bareng. Terimakasih untuk semua yang sudah ikut meramaikan!. Sayang kalian.
Saya tak berharap banyak, usai wisuda virtual saya ingin rebahan dan sekedar memberikan ruang kepada diri sendiri atas pencapaian hingga titik ini. Memang Allah mengabulkan doa saya, saya menuliskan di buku agenda bahwa saya harus sudah bekerja sebelum prosesi wisuda. Berkat doa itulah, akhirnya saya wisuda sendiri tanpa ditemani orang tua dan doi (canda doi, masih gaib). Saya berpikir foto wisuda bersama keluarga harus terealisasi. Singkat cerita, sebulan setelah wisuda akhirnya foto memakai toga bersama Bapak dan Ibu.
Tentu orang tua hanya berharap dan mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Usai sidang di bulan Juli kemarin orang tua hanya memberi pilihan kerja atau lanjut studi dengan syarat mencari beasiswa sendiri. Jelas sekali saya harus belajar mandiri. Namun, pilihan pertama jatuh di tangan. Tak apa, karena kebetulan di tahun 2020 beasiswa yang sudah lama saya incar tidak membuka pendaftaran untuk afirmasi dan regular. Mari kita coba tahun 2021!. Tetap optimis!
Saya masih idealis dalam memperjuangkan mimpi. Selalu saya diskusikan dengan orang tua, bagi saya Bapak Ibu orang paling asyik saya ajak diskusi dan tak lupa diselingi hahahihi. Bagi saya, selama orang tua ridha dan setuju, insyaAllah jalan akan dipermudah oleh-Nya. Pernah sekali saya ditanya, “umur kamu berapa to Nduk?.” Pertanyaan apa ini (dalam hati, wkwk). Meski sebenarnya itu hanya guyonan semata. Atau inikah sebuah pertanda? Saya menepis perasaan itu, kembali menyibukkan diri menjadi seorang perempuan mandiri.
Tak terasa sudah mendekati akhir Juni. Juni tahun ini dan kemarin rasanya 180 derajat berbeda. Namun rasa syukur akan selalu sama, semakin meningkat tentunya. Bapak selalu berpesan, selama kamu bisa dan mampu, raih tinggi cita-citamu!
Jogja, 21 Juni 2021
— Coretan Aksara